Era Buffett Berkshire, Laba Bersih Berkshire Anjlok Hampir 60%

2025-08-05
Ringkasan:

Harga saham Berkshire Hathaway turun tajam setelah Warren Buffett resmi pensiun. Laba bersih kuartalan anjlok hampir 60%. Mampukah perusahaan bertahan dan tumbuh di era pasca-Buffett?

Pensiunnya Warren Buffett menandai berakhirnya sebuah era, tidak hanya bagi Berkshire Hathaway, tetapi juga bagi dunia investasi secara keseluruhan. Saat perusahaan mulai menyesuaikan diri tanpa sang "Oracle of Omaha" di pucuk pimpinan, tantangan mulai terlihat jelas. Saham Berkshire telah turun 12% sejak kepergian Buffett pada Mei, dan laporan kinerja keuangan terakhir menambah tekanan bahwa jalan di depan tidak akan mulus.


Laporan Kinerja Q2 Gagal Penuhi Ekspektasi

Statements of Earnings of Berkshire Hathaway Inc.

Pada tanggal 2 Agustus 2025, Berkshire Hathaway merilis laporan keuangan kuartal kedua. Hasilnya mengecewakan pasar. Pendapatan turun 1,2% secara tahunan (YoY) menjadi $92,52 miliar, sementara laba bersih anjlok 59% ke $12,37 miliar — keduanya jauh di bawah estimasi analis.


Meskipun mencatat gain investasi sebesar $6,36 miliar di kuartal tersebut, perusahaan tetap membukukan rugi bersih $71 juta untuk paruh pertama tahun ini. Salah satu penyebab utama adalah kerugian penurunan nilai (impairment) sebesar $3,8 miliar atas investasinya di Kraft Heinz, yang menandakan tidak semua investasi jangka panjang Berkshire berhasil sesuai harapan.


Lebih lanjut, Berkshire kini tercatat sebagai net seller saham selama 11 kuartal berturut-turut. Terbaru, mereka menjual saham senilai $1,2 miliar di VeriSign. Sikap super hati-hati ini menimbulkan pertanyaan di kalangan investor: apakah Berkshire mulai kesulitan menemukan peluang menarik di pasar saat ini.


Akhir dari Buffet Premium?

Berkshire Hathaway Stock Price over the Last Week

Salah satu kekuatan utama saham Berkshire selama ini adalah adanya apa yang disebut “Buffett Premium” — keyakinan investor terhadap visi jangka panjang dan intuisi pasar Warren Buffett. Tapi kini, setelah Buffett resmi mundur, kepercayaan pasar tampak mulai memudar.


Kekhawatiran lain datang dari minimnya aksi agresif dari manajemen saat ini. Sepanjang tahun ini, Berkshire belum melakukan buyback sama sekali, yang oleh beberapa analis dianggap sebagai sinyal bahwa manajemen tidak lagi melihat sahamnya sendiri dalam posisi undervalued. Bisnis inti mereka di sektor asuransi juga menghadapi tekanan, dengan laba underwriting turun hampir 12%. Ada juga kekhawatiran bahwa siklus profitabilitas di asuransi properti dan kecelakaan (P&C) telah mencapai puncaknya.


Berkshire saat ini memegang kas jumbo sebesar $344 miliar, yang sebelumnya dianggap sebagai “amunisi” untuk akuisisi strategis. Namun kini justru memunculkan spekulasi bahwa perusahaan kesulitan menemukan target investasi yang layak. Tanpa arah pertumbuhan yang jelas, margin yang tertekan, dan minimnya buyback, tidak banyak katalis positif dalam waktu dekat untuk mendorong harga saham naik.



Dinamika Pasar yang Berubah

Top Holdings of Berkshire Hathaway Inc.

Tekanan semakin meningkat seiring dengan rotasi pasar yang semakin meluas. Saham-saham defensif seperti Berkshire Hathaway mulai kehilangan daya tarik karena investor beralih mengejar pertumbuhan di sektor teknologi dan sektor-sektor lain yang memiliki beta tinggi. Dengan kepemilikan utama Berkshire yang masih bertumpu pada nama-nama lama seperti Apple, American Express, Coca-Cola, dan Chevron, sejumlah pihak mulai mempertanyakan apakah portofolionya berada pada posisi yang tepat untuk siklus kepemimpinan pasar berikutnya.


Meskipun terjadi penurunan, penting untuk tidak serta-merta mengesampingkan saham Berkshire Hathaway. Perusahaan ini tetap kokoh secara finansial, dengan model bisnis yang terdiversifikasi dan rekam jejak panjang dalam melewati berbagai siklus ekonomi. Namun, kuartal-kuartal mendatang akan sangat krusial untuk menunjukkan apakah perusahaan dapat terus tumbuh secara berkelanjutan di dunia pasca-Buffett.


Kesimpulan


Saham Berkshire Hathaway tengah memasuki babak baru—yang ditandai oleh transisi, ketidakpastian, dan pengawasan yang semakin ketat. Tanpa sosok Warren Buffett sebagai kekuatan pendorong utama, perusahaan harus membuktikan bahwa filosofi investasi, kepemimpinan, dan kekuatan operasionalnya mampu berdiri sendiri.


Bagi para investor, jalan ke depan mungkin akan lebih menantang dibandingkan beberapa dekade sebelumnya. Namun, seperti halnya periode perubahan lainnya, masa transisi ini juga dapat menghadirkan peluang—bagi mereka yang percaya bahwa warisan Berkshire cukup kuat untuk bertahan, bahkan tanpa sang pendiri legendaris di pucuk pimpinan.


Penafian: Materi ini hanya untuk tujuan informasi umum dan tidak dimaksudkan (dan tidak boleh dianggap sebagai) nasihat keuangan, investasi, atau nasihat lain yang dapat diandalkan. Pendapat yang diberikan dalam materi ini tidak merupakan rekomendasi dari EBC atau penulis bahwa investasi, sekuritas, transaksi, atau strategi investasi tertentu cocok untuk orang tertentu.

Harga Saham SoftBank Melonjak 13% Setelah Laporan Laba yang Menakjubkan

Harga Saham SoftBank Melonjak 13% Setelah Laporan Laba yang Menakjubkan

Harga saham SoftBank mencapai rekor tertinggi karena investasi AI, pemulihan Vision Fund, dan rencana IPO besar-besaran meningkatkan kepercayaan investor pada tahun 2024.

2025-08-08
Poundsterling tak peduli dengan pemangkasan suku bunga BOE

Poundsterling tak peduli dengan pemangkasan suku bunga BOE

Nilai tukar poundsterling stabil pada hari Jumat setelah Bloomberg melaporkan Gubernur Fed Christopher Waller adalah kandidat utama untuk ketua bank sentral dalam tim Trump.

2025-08-08
Bagaimana Anjloknya Saham Intel Akan Berdampak pada Investor Teknologi?

Bagaimana Anjloknya Saham Intel Akan Berdampak pada Investor Teknologi?

Penurunan saham Intel, laba per saham (EPS) yang lemah, PHK, dan penurunan peringkat Fitch mengguncang sentimen pasar chip. Sinyal baru apa yang perlu diperhatikan para pedagang selanjutnya?

2025-08-08