Jenis-jenis Kebijakan Moneter Dijelaskan untuk Pemula
简体中文 繁體中文 English 한국어 日本語 Español ภาษาไทย Tiếng Việt Português Монгол العربية हिन्दी Русский ئۇيغۇر تىلى

Jenis-jenis Kebijakan Moneter Dijelaskan untuk Pemula

Penulis: Ethan Vale

Diterbitkan pada: 2025-12-02

Kebijakan moneter merupakan landasan stabilitas makroekonomi modern. Kebijakan ini merujuk pada tindakan spesifik yang diambil oleh bank sentral suatu negara—seperti Bank of England, Federal Reserve, atau Bank Sentral Eropa—untuk mengelola pasokan uang dan mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.


Meskipun kompleksitas keuangan global mungkin tampak rumit, tujuannya umumnya sederhana: menjaga perekonomian tetap berjalan lancar dengan mengelola inflasi dan pengangguran. Tergantung pada iklim ekonomi, bank sentral akan menerapkan strategi yang berbeda-beda untuk mempercepat pertumbuhan atau memperlambatnya.


Panduan ini membahas berbagai jenis utama kebijakan moneter, metode-metode tidak konvensional yang digunakan pada masa krisis, dan berbagai alat khusus yang digunakan bank sentral untuk mengendalikan perekonomian.


Dua Jenis Utama Kebijakan Moneter

Monetary policy

Secara umum, kebijakan moneter bersifat biner. Kebijakan ini dirancang untuk memasukkan uang ke dalam perekonomian guna mendorong aktivitas, atau menarik uang untuk mencegah perekonomian terlalu panas.

1. Kebijakan Moneter Ekspansif (Kebijakan Longgar)

Kebijakan ekspansif merupakan "akselerator" mesin ekonomi. Kebijakan ini biasanya diterapkan selama fase resesi atau stagnasi ekonomi.

  • Tujuan:
    Tujuan utamanya adalah untuk merangsang pertumbuhan ekonomi, mengurangi pengangguran, dan meningkatkan likuiditas dalam sistem.

  • Mekanisme:
    Bank sentral menerapkan ini dengan menurunkan suku bunga dan membeli obligasi pemerintah.

  • Efeknya:
    Ketika suku bunga rendah, pinjaman menjadi lebih murah bagi rumah tangga dan bisnis. Hal ini mendorong pengajuan hipotek, pinjaman bisnis, dan belanja konsumen.

    Seiring meningkatnya pengeluaran, permintaan meningkat, mendorong bisnis untuk mempekerjakan lebih banyak staf, sehingga menurunkan pengangguran.

2. Kebijakan Moneter Kontraktif (Kebijakan Ketat)

Kebijakan kontraksi bertindak sebagai "rem". Meskipun memperlambat perekonomian mungkin tampak berlawanan dengan intuisi, hal ini penting ketika pertumbuhan menjadi tidak berkelanjutan dan inflasi melonjak tak terkendali.


  • Tujuan:
    Untuk mengendalikan inflasi, menstabilkan harga, dan mendinginkan ekonomi yang terlalu panas.

  • Mekanisme:
    Bank sentral menaikkan suku bunga, menjual obligasi pemerintah, atau meningkatkan persyaratan cadangan bank.

  • Efeknya:
    Suku bunga yang lebih tinggi membuat pinjaman menjadi mahal. Pemilik rumah menghadapi cicilan hipotek yang lebih tinggi, dan bisnis menunda rencana ekspansi.

    Pengurangan pendapatan yang dapat dibelanjakan ini menurunkan permintaan keseluruhan, yang pada gilirannya memperlambat laju kenaikan harga (inflasi).

Increase in Supply

Gambaran Perbandingan: Ekspansif vs. Kontraktif
Fitur Kebijakan Ekspansi Kebijakan Kontraktif
Tujuan Utama Melawan resesi dan pengangguran tinggi Perangi inflasi dan gelembung aset
Aksi Suku Bunga Suku bunga lebih rendah (Lebih murah untuk meminjam) Naikkan suku bunga (Mahal untuk meminjam)
Pasokan Uang Meningkatkan likuiditas Menurunkan likuiditas
Dampak terhadap PDB Meningkatkan pertumbuhan PDB Memperlambat pertumbuhan PDB
Mempertaruhkan Dapat menyebabkan inflasi tinggi jika digunakan secara berlebihan Dapat memicu resesi jika terlalu agresif


Sikap Kebijakan Alternatif dan Non-Konvensional

Sementara kebijakan ekspansif dan kontraksif merupakan pengungkit standar, lanskap ekonomi terkadang memerlukan pendekatan yang lebih bernuansa atau drastis.


1. Kebijakan Moneter Netral

Kebijakan moneter netral adalah skenario "Goldilocks". Kebijakan ini merupakan posisi di mana suku bunga ditetapkan pada tingkat yang tidak merangsang maupun membatasi perekonomian. Hal ini biasanya terjadi ketika perekonomian tumbuh pada tingkat yang sehat dan berkelanjutan, dan inflasi tetap stabil pada target bank sentral (seringkali sekitar 2%).

2. Kebijakan Moneter Non-Konvensional

Setelah krisis keuangan 2008, instrumen standar (seperti menurunkan suku bunga) menjadi tidak memadai karena suku bunga sudah mendekati nol. Bank sentral beralih ke metode yang tidak konvensional:

  • Pelonggaran Kuantitatif (QE):
    Ini melibatkan bank sentral yang menciptakan uang digital untuk membeli surat berharga jangka panjang (seperti obligasi pemerintah) dari pasar terbuka. Ini menyuntikkan sejumlah besar uang tunai langsung ke sistem perbankan untuk mendorong penyaluran kredit.

  • Panduan ke Depan:
    Ini adalah strategi komunikasi. Bank sentral secara terbuka berkomitmen untuk mempertahankan suku bunga rendah selama periode tertentu. Hal ini memberikan kepastian bagi pasar dan bisnis, serta mendorong investasi jangka panjang.

  • Suku Bunga Negatif:
    Dalam kasus yang jarang terjadi (seperti yang terjadi di Jepang dan sebagian Eropa), bank sentral dapat menetapkan suku bunga di bawah nol. Akibatnya, bank komersial dikenakan biaya untuk menyimpan kelebihan cadangan mereka di bank sentral, sehingga mereka terpaksa meminjamkan uang tersebut kepada publik.


Alat Utama yang Digunakan untuk Menerapkan Kebijakan Ini

Inflation


Bank sentral tidak memiliki tombol ajaib berlabel "menurunkan inflasi". Sebaliknya, mereka menggunakan instrumen keuangan tertentu untuk memengaruhi pasar.

1. Operasi Pasar Terbuka (OPT):

Ini adalah instrumen yang paling umum. Instrumen ini melibatkan pembelian dan penjualan surat berharga pemerintah. Membeli surat berharga berarti menyuntikkan uang ke dalam sistem perbankan (ekspansif), sementara menjualnya berarti menguras uang (kontraksif).

2. Tarif Dasar (Tingkat Diskonto):

Ini adalah suku bunga yang dibebankan bank sentral kepada bank umum untuk pinjaman jangka pendek. Bank umum biasanya membebankan biaya—atau penghematan—ini kepada nasabah mereka.

3. Persyaratan Cadangan:

Bank sentral mewajibkan bank komersial menyimpan persentase tertentu dari simpanan nasabah di brankas (atau deposito di bank sentral). Menurunkan persyaratan ini akan membebaskan modal untuk pinjaman; menaikkannya akan membatasi pinjaman.

4. Bunga atas Cadangan:

Dengan membayar bunga atas kelebihan cadangan yang dimiliki bank, bank sentral dapat mendorong bank untuk menyimpan uang daripada meminjamkannya, yang secara efektif memperketat pasokan uang.


Kebijakan Moneter vs. Kebijakan Fiskal

Seringkali kita keliru membedakan kebijakan moneter dengan kebijakan fiskal. Meskipun keduanya bertujuan memengaruhi perekonomian, keduanya dikendalikan oleh badan yang berbeda dan menggunakan alat yang berbeda pula.

  • Kebijakan Moneter dikelola oleh Bank Sentral (misalnya, Bank of England).

  • Kebijakan Fiskal dikelola oleh Pemerintah (misalnya, Departemen Keuangan).


Kebijakan Moneter vs. Kebijakan Fiskal
Aspek Kebijakan Moneter Kebijakan Fiskal
Otoritas Bank Sentral (Independen) Pemerintah (Politik)
Alat Utama Suku bunga, Pasokan uang, QE Perpajakan, Belanja Pemerintah
Target Pemirsa Bank komersial, Pasar keuangan Konsumen, Sektor Publik
Kecepatan Implementasi Cepat: Tarif dapat diubah secara instan Lambat: Memerlukan persetujuan anggaran/peraturan perundang-undangan
Pengaruh Politik Umumnya terisolasi dari politik Sangat dipengaruhi oleh siklus politik


Pertanyaan yang Sering Diajukan

Q1: Apa perbedaan utama antara kebijakan ekspansif dan kontraktif?

Kebijakan ekspansif bertujuan untuk meningkatkan jumlah uang beredar guna mendorong pertumbuhan selama resesi. Sebaliknya, kebijakan kontraktif bertujuan untuk mengurangi jumlah uang beredar guna mengendalikan inflasi yang tinggi dan menstabilkan kenaikan harga dalam perekonomian yang terlalu panas.

Q2: Bagaimana bank sentral mengendalikan inflasi?

Bank sentral mengendalikan inflasi dengan menaikkan suku bunga, yang meningkatkan biaya pinjaman. Hal ini mengurangi belanja konsumen dan investasi bisnis, mendinginkan perekonomian, dan memperlambat laju kenaikan harga seiring waktu.

Q3: Apa itu Quantitative Easing (QE)?

Pelonggaran Kuantitatif (Quantitative Easing) adalah instrumen non-konvensional di mana bank sentral membeli surat berharga jangka panjang dari pasar terbuka. Hal ini meningkatkan jumlah uang beredar dan mendorong pinjaman serta investasi ketika pemotongan suku bunga standar tidak mencukupi.

Q4: Mengapa bank sentral menaikkan suku bunga?

Bank sentral menaikkan suku bunga terutama untuk melawan inflasi yang tinggi. Suku bunga yang lebih tinggi membuat pinjaman menjadi lebih mahal bagi bisnis dan konsumen, yang menurunkan permintaan barang dan jasa secara keseluruhan, sehingga membantu menstabilkan harga.

Q5: Bisakah kebijakan moneter memperbaiki pengangguran?

Kebijakan moneter dapat mengurangi pengangguran sementara dengan menurunkan suku bunga untuk mendorong ekspansi bisnis. Namun, kebijakan ini tidak dapat memperbaiki pengangguran struktural yang disebabkan oleh ketidaksesuaian keterampilan atau perubahan teknologi di pasar tenaga kerja.

Q6: Apa yang dimaksud dengan sikap kebijakan moneter yang netral?

Sikap netral terjadi ketika bank sentral menetapkan suku bunga pada tingkat yang tidak merangsang maupun memperlambat perekonomian. Sikap ini biasanya digunakan ketika pertumbuhan ekonomi stabil dan inflasi berada pada target.


Kesimpulan

Kebijakan moneter adalah alat utama bank sentral untuk pengendalian makro.


Bank sentral beroperasi dengan mandat yang jelas: menggunakan kebijakan ekspansif untuk mengatasi pengangguran dan menggunakan kebijakan kontraksif untuk menekan inflasi. Tindakan-tindakan ini, baik yang dijalankan melalui kenaikan suku bunga tradisional maupun program pelonggaran kuantitatif (QE) yang tidak konvensional, berdampak langsung pada biaya pinjaman dan likuiditas pasar.


Memahami perbedaan antara kebijakan Moneter (Bank Sentral) dan Fiskal (Pemerintah) sangatlah penting. Sementara pemerintah membelanjakan uang, bank sentral mengelola nilai uang. Penerapan kebijakan ini yang cepat dan terukur bukan sekadar akademis; melainkan faktor penentu stabilitas, pertumbuhan, dan prediktabilitas harga suatu perekonomian.


Penafian: Materi ini hanya untuk tujuan informasi umum dan tidak dimaksudkan (dan tidak boleh dianggap sebagai) nasihat keuangan, investasi, atau nasihat lain yang dapat diandalkan. Pendapat yang diberikan dalam materi ini tidak merupakan rekomendasi dari EBC atau penulis bahwa investasi, sekuritas, transaksi, atau strategi investasi tertentu cocok untuk orang tertentu.