Diterbitkan pada: 2025-10-08
Pasar keuangan global tengah menyoroti dua narasi besar yang saling terkait: lonjakan harga emas yang mendekati rekor tertinggi dan perdebatan sengit di dalam Federal Reserve AS mengenai arah kebijakan suku bunga. Goldman Sachs baru-saja menaikkan proyeksi harga emasnya secara signifikan, sementara risalah pertemuan The Fed yang akan datang diperkirakan akan mengungkap keretakan pandangan di antara para pejabatnya.
Melihat tren yang kuat, Goldman Sachs telah merevisi target harga emasnya untuk akhir tahun 2026 menjadi $4.900 per ons, naik dari perkiraan sebelumnya di angka $4.300. Kenaikan sebesar 17% sejak akhir Agustus ini diyakini bukan didorong oleh spekulasi sesaat, melainkan oleh permintaan yang solid dan berkelanjutan.
Menurut analisis bank investasi tersebut, ada dua pilar utama yang menopang reli emas saat ini. Pertama adalah pembelian yang konsisten dari bank-bank sentral, terutama di negara-negara berkembang yang terus melakukan diversifikasi cadangan devisanya. Tren ini diperkirakan akan menyumbang sekitar 19 poin persentase dari potensi kenaikan harga.
Pilar kedua adalah kembalinya minat dari investor Barat, yang tercermin dari aliran dana masuk ke produk ETF emas. Permintaan ini diperkirakan akan semakin kuat seiring dengan kebijakan The Fed yang mulai melonggar. Goldman memproyeksikan penurunan suku bunga acuan The Fed sebesar 100 basis poin pada pertengahan 2026 akan menambah sekitar lima poin persentase pada kenaikan harga emas.
Faktor-faktor lain seperti permintaan aset aman (safe haven) akibat ketidakpastian politik di AS, Jepang, dan Prancis, serta pembelian oleh bank sentral Tiongkok, turut memperkuat sentimen positif di pasar emas.
Katalis utama bagi optimisme pasar emas ini adalah ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter The Fed. Namun, di internal bank sentral sendiri, terjadi perdebatan mengenai seberapa agresif langkah tersebut harus diambil.
Pada pertemuan September lalu, The Fed memang telah memangkas suku bunga untuk pertama kalinya tahun ini demi menopang pasar tenaga kerja yang mulai goyah. Meskipun keputusan tersebut disetujui dengan suara mayoritas 11-1, pandangan para pejabat mengenai langkah selanjutnya menunjukkan adanya perpecahan.
Data menunjukkan, dari 19 pejabat senior The Fed, 10 di antaranya mendukung dua kali pemangkasan suku bunga lagi hingga akhir tahun, sementara 9 pejabat lainnya hanya menginginkan satu kali pemangkasan atau tidak sama sekali.
Perbedaan pandangan ini cukup tajam. Di satu sisi, ada pejabat seperti Stephen Miran yang mendorong pemangkasan suku bunga yang lebih agresif. Di sisi lain, pejabat yang lebih skeptis khawatir bahwa pemotongan suku bunga yang terlalu cepat dapat membuat inflasi tertahan di level 3% dan berisiko menstimulasi ekonomi secara berlebihan. Mereka yang mendukung pemangkasan berpendapat bahwa tekanan inflasi saat ini bersifat sementara dan perlambatan pasar kerja menjadi risiko yang lebih mendesak untuk ditangani.
Risalah pertemuan FOMC yang akan dirilis dalam waktu dekat menjadi sangat penting, karena akan memberikan gambaran lebih rinci mengenai dinamika perdebatan ini. Arah kebijakan The Fed ke depan, yang akan terungkap dari hasil perdebatan internal ini, akan menjadi faktor penentu apakah proyeksi bullish Goldman Sachs terhadap emas dapat menjadi kenyataan.