Diterbitkan pada: 2025-10-16
Harga emas kembali menorehkan rekor tertinggi baru di $4.240 per troy ounce pada perdagangan Kamis (16/10), mencatat kenaikan hampir 1% dibanding sesi sebelumnya. Kenaikan ini didorong oleh pelemahan dolar AS serta meningkatnya ekspektasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga The Federal Reserve menjelang pertemuan akhir tahun.
Beberapa pejabat The Fed menyampaikan pandangan dovish terkait meningkatnya risiko perlambatan pasar tenaga kerja. Pasar menilai sinyal ini sebagai indikasi bahwa siklus pengetatan moneter telah berakhir. Akibatnya, imbal hasil obligasi AS turun ke bawah 3,9%, memperkuat daya tarik emas sebagai aset lindung nilai (safe haven).
Selain faktor moneter, ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan China turut menambah sentimen positif bagi emas. Meningkatnya ketidakpastian geopolitik membuat investor mengalihkan portofolio dari aset berisiko ke instrumen yang lebih aman seperti logam mulia.
Dari sisi derivatif, data CME Open Interest memperlihatkan akumulasi posisi besar di area $4.150–$4.200, menandakan minat beli institusional yang masih kuat. Sementara itu, dominasi posisi call di kisaran $4.250–$4.260 menunjukkan area target potensial bagi kelanjutan tren bullish emas.
Secara teknikal, struktur harga emas di grafik harian (D1) dan empat jam (H4) tetap menunjukkan tren naik yang solid. Setelah reli kuat dalam beberapa pekan terakhir, peluang koreksi ringan ke area $4.200 dinilai wajar sebelum melanjutkan pergerakan menuju $4.255–$4.290.
Kombinasi faktor makro yang dovish, pelemahan dolar, dan akumulasi institusional mendukung pandangan bullish jangka menengah untuk emas. Investor disarankan memantau rilis data inflasi AS (CPI, 24 Oktober 2025) sebagai katalis utama pergerakan berikutnya.