Rupee India mendekati rekor terendahsepanjang sejarah seiring meningkatnya ketegangan dagang dan memburuknya sentimen pasar, menjadikannya kinerja bulanan terburuk dalam hampir tiga tahun terakhir.
Rupee India semakin mendekati rekor terendahnya di tengah tekanan global dan domestik yang terus meningkat. Mata uang ini tertekan oleh memburuknya sentimen investor dan ketegangan dagang yang kembali mencuat dengan Amerika Serikat. Akibatnya, Rupee diperkirakan akan mencatat kinerja bulanan terburuknya dalam hampir tiga tahun, sekaligus menjadi mata uang dengan kinerja terlemah di Asia sejauh ini pada 2025.
Tekanan terbaru datang dari pernyataan mantan Presiden AS Donald Trump yang mengumumkan rencana untuk memberlakukan tarif minimum sebesar 25% terhadap ekspor India. Langkah proteksionis ini memicu gelombang baru penghindaran risiko, mendorong Rupee turun lebih dalam dan menimbulkan pelemahan pasar secara lebih luas. Indeks NSE Nifty 50 turun 0,9% setelah pengumuman tersebut, mencerminkan kekhawatiran investor terhadap daya saing ekspor India dan prospek pertumbuhan ekonomi nasional.
Hingga pekan terakhir Juli, Rupee India telah melemah lebih dari 2% terhadap Dolar AS—menjadikannya penurunan bulanan paling tajam sejak 2022. Jika tren ini berlanjut, Juli 2025 bisa tercatat sebagai bulan terburuk bagi Rupee dalam hampir tiga tahun terakhir.
Analis Goldman Sachs, Santanu Sengupta, menyatakan dalam laporan terbarunya bahwa penerapan tarif baru oleh AS secara berkelanjutan dapat memangkas pertumbuhan PDB India hingga 0,3 poin persentase. Dikombinasikan dengan kerentanan eksternal lainnya, hal ini diperkirakan akan terus memberikan tekanan pada Rupee dalam waktu dekat.
Para ekonom memperingatkan adanya risiko pelemahan lanjutan bagi Rupee. Dhiraj Nim, ahli strategi valas di ANZ Bank, mengatakan bahwa jika sentimen negatif terus berlanjut, Rupee berpotensi melemah melewati level psikologis 88 per Dolar AS—sebuah ambang baru yang akan menandai rekor terendah berikutnya.
Namun, sejumlah analis percaya bahwa Reserve Bank of India (RBI) terus memantau situasi secara ketat dan kemungkinan besar akan melakukan intervensi jika depresiasi berlangsung terlalu cepat. Bank sentral tersebut sebelumnya telah menunjukkan komitmen untuk menstabilkan mata uang saat volatilitas dianggap membahayakan stabilitas keuangan.
Pelemahan tajam Rupee India bukan sekadar gejala teknikal, melainkan mencerminkan kekhawatiran yang lebih dalam terkait gesekan perdagangan, arus modal, dan ketahanan makroekonomi. Meskipun potensi intervensi dari bank sentral dapat membatasi pelemahan jangka pendek, arah pergerakan ke depan akan sangat ditentukan oleh perkembangan geopolitik dan kepercayaan investor. Dengan Rupee yang semakin mendekati titik terendahnya, baik pembuat kebijakan maupun pelaku pasar menghadapi tantangan besar dalam menghadapi tekanan eksternal yang terus berlanjut.
Penafian: Materi ini hanya untuk tujuan informasi umum dan tidak dimaksudkan (dan tidak boleh dianggap sebagai) nasihat keuangan, investasi, atau nasihat lain yang dapat diandalkan. Pendapat yang diberikan dalam materi ini tidak merupakan rekomendasi dari EBC atau penulis bahwa investasi, sekuritas, transaksi, atau strategi investasi tertentu cocok untuk orang tertentu.
Ekspektasi pemangkasan suku bunga BoE dan penguatan dolar AS mendorong GBP/USD melemah karena para pedagang menunggu data penggajian nonpertanian AS yang penting untuk arahan lebih lanjut.
2025-08-01Pertumbuhan lapangan kerja di AS pada bulan Juni kuat, dengan setengahnya berasal dari lapangan kerja pemerintah. Pertumbuhan sektor swasta mencapai titik terendah dalam 8 bulan. Tingkat pengangguran turun menjadi 4,1%.
2025-08-01EBC Financial Group mengkaji pemulihan ekspor buah dan sayur Vietnam senilai USD3,8 miliar serta dampak potensial dari penundaan sertifikasi dan birokrasi.
2025-08-01